Sejak itu, Joko Unthuk pun menjadi penasehat Kadipaten Pasuruan. Kebiasaannya mengembara pun dihentikannya. Joko Unthuk senang sekali mendapat perlakuan istimewa baik dari kerajaan maupun dari rakyat. Dari kerajaan, ia mendapatkan makanan yang cukup serta kemewahan berupa barang lain atau bahkan uang yang melimpah. Disamping itu, Joko Unthuk juga disegani dan dihormati oleh rakyat.
Joko unthuk benar – benar menikmati jabatan yang disandangnya. Lama – lama Joko unthuk terlena dengan segala kemewahan yang tiba – tiba dimilikinya. Ia menjadi sombong dan angkuh. Perlakuannya pada warga juga tidak sebaik pertama kali ia diangkat menjadi wakil adipati.
Dengan kesaktiannya, Joko Unthuk sering berlaku semena – mena pada rakyat. Tentu saja rakyat menjadi benci pada sikap Joko Unthuk. Pada mulanya, Adipati Ngrangrangkusuma tidak mengetahui perubahan yang terjadi pada diri Joko Unthuk. Setelah ia terjun langsung ditengah rakyat, barulah Adipati Ngrangrangkusuma mengetahui perubahan Joko Unthuk.
Adipati Ngrangrangkusuma mencoba menegur dan mengingatkan Joko Unthuk. Namun, teguran Adipati Ngrangrangkusuma ternyata dianggap sebuah ejekan oleh Joko Unthuk. Diam – diam, Joko Unthuk menyimpan dendam pada Adipati Ngrangrangkusuma. Hingga kemudian keserakahannya untuk menjadi Adipati semakin membulatkan tekadnya untuk melaksanakan balas dendamnya.
Setelah menegur Joko Unthuk, Adipati Ngrangrangkusuma tidak hanya tinggal diam. Ia menyuruh seorang utusan untuk memata –matai Joko Unthuk. Rencana balas dendam Joko Unthuk pun diketahui oleh Adipati Ngrangrangkusuma. Untuk berjaga – jaga menghadapi Joko Unthuk, Adipati Ngrangrangkusuma membuat keris sakti. Berhari – hari Adipati Ngrangrangkusuma menempa baja terbaik untuk ia bentuk menjadi keris. Belasan hari kemudian, keris buatan Adipati Ngranrangkusuma telah jadi.
Adipati Ngrangrangkusuma lalu menemui sahabatnya yang tinggal di Penanggungan. Sahabatnya adalah seorang empu pembuat senjat juga. Pada empu penunggu Penanggungan itu Adipati Ngrangrangkusuma meminta tolong untuk mencarikan Jin sakti sebagai penghuni keris itu. Dalam pencarian Jin itu, akhirnya empu penanggungan itu menemukan Jin yang sangat sakti. Empu Penanggungan menyuruh Jin itu untuk menghuni keris Adipati Ngrangrangkusuma. Setelah dihuni Jin sakti Penanggungan, keris buatan Adipati Ngrangrangkusuma menjadi semakin sakti. Kini ia pun tidak khawatir jika sewaktu –waktu Joko Unthuk berencana membunuhnya.
Pada suatu malam, Joko Unthuk berniat melakukan rencana balas dendamnya. Dengan mengendap – endap, ia berjalan menuju kamar Adipati Ngrangrangkusuma. Adipati Ngrangrangkusuma yang sedang tertidur pulas sama sekali tidak menyadari rencana jahat Joko Unthuk. Perlahan – lahan Joko Unthuk membuka jendela kamar Adipati Ngrangrangkusuma. Setelah terbuka kembali dengan langkah mengendap – endap ia berjalan mendekati Adipati Ngrangrangkusuma. Di tangan Adipati telah tersiap keris yang terhunus.
Saat Joko Unthuk hendak menghujamkan kerisnya pada Adipati Ngrangrangkusuma, tiba – tiba keris sakti Adipati Ngrangrangkusuma keluar dari sarangnya dan menusuk Joko Unthuk. Joko Unthuk mejerit kesakitan sembari memegang dadanya yang tertancap keris sakti. Adipati Ngrangrangkusuma yang mendengar jeritan Joko Unthuk seketika terbangun. Ia sangat terkejut saat mendapati Joko Unthuk telah mati dengan tubuh tertusuk keris.
Setelah Joko Unthuk tewas, kembali Kadipaten Pasuruan menjadi tenteram. Rakyat tidak lagi takut dengan tindakan semena – mena Joko Unthuk. Adipati Ngrangrangkusuma sangat senang melihat rakyatnya kembali bahagia.
Joko Unthuk *baca: Joko Onthok (bhs Jawa); Busa (bhs Indonesia)
KESIMPULAN
Cerita ini termasuk Mitos
Cerita ini memberi pelajaran kepada kita tentang kesombongan. Kesombongan adalah salah satu sifat yang tidak baik.
Sumber :
Cerita Rakyat dari Pasuruan (Jawa Timur)
Penulis Deny Wibisono
Social Plugin